Lala Selasa

Hey siapa itu? oh ternyata Lala yang membangunkanku pukul 04.43 WIB tentunya setelah mang karna adzan subuh di masjid. Lihatlah dia, dia tanpa busana atas dengan matanya yang merah mencoba membangunkanku dengan perlahan, mungkin dia takut aku marah. Tapi aku gak akan marah gara-gara dibangunkan olehmu Lala, apalagi jika dibangunkan rumah mewah beserta istri dan anak shaleh di dalamnya. Tapi istri saja sudah cukup, untuk anak, nanti, biar kami diskusikan.

"Ayo bangun bang, cepat mandi, pakai air, jangan hangat" kata Lala.
"Iya" kataku sambil merenggangkan seluruh tubuh, termasuk lidah, empedu, dan kantung kemih.

Lala adalah dia orangnya, adik yang aku suruh untuk mengantarku bertemu suster cantik di RSUD pagi-pagi sekali. Dan aku yang disuruh teteh untuk memberi uang Rupiah kepada manusia yang bernama Dinar. 

Dinar adalah dia orangnya, berwujud manusia dan berjenis kelamin perempuan, suka telanjang kalau mandi, yang pasti dia bekerja disana, begitupun dinar yang akan senyum lalu menukarkan uang dengan obat. Kamu tau tidak RSUD mana yang aku maksud? pasti tidak, karena tidak akan aku beri tahu.

Hari ini selasa, ada cuaca segar di dalamnya juga, atas nama burung dipagi hari yang sedang bernyanyi seperti anak TK, oh ini adalah Bogor yang membuat hari ini pasti akan menjadi menyenangkan, apalagi dibantu oleh urusan diriku yang sedang ada cuti bekerja. Harusnya aku bangun siang biar dibilang rajin. Iya, rajin bangun siang. 


Tapi hari ini adalah tugasku untuk bangun pagi-pagi. Alasanku kenapa bangun Sepagi ini adalah: karena lala membangunkan. Selain itu juga karena aku tau di RSUD banyak orang sakit yang akan mengantri mendaftar untuk memeriksa kondisi dirinya yang dia anggap sakit, tidak semua sih, mungkin ada yang mau konsultasi juga, konsultasi kejiwaan, mungkin ada yang mau cabut gigi, mungkin ada yang mau menemui dokter seksologi, mungkin ada wanita muda yang ingin memeriksa kandungan, mungkin ada yang mau aborsi, mungkin ada yang mau melamar pekerjaan, mungkin ada yang mau membesuk, mungkin ada yang mau teh manis? iya, aku sedang minum teh manis karena capek harus nulis seperti itu. Maka dari itu, aku dan Lala berangkat pagi-pagi menuju RSUD mengendarai motor sampai pukul 06.14 WIB.

Lihat kami, sudah berada di atas motor lagi untuk melaju menuju tempat yang kami ingin. Tapi tentu saja tidak tiba-tiba berada di atas motor, ada rintangan yang harus kami hadapi untuk sampai di atas motor, yang aku pikir hanya membuang buang waku jika harus menceritakan kronologi kejadiannya disini. 

Oke! motorpun melaju, karena? karena Lala menarik gasnya, ah itu mudah, anak TK pun bisa melakukannya. Kami melaju lurus melewati gang sempit menuju jalan raya puncak, tapi tidak lurus terus, ada belok sedikit sedikit. Kecuali kalo kamu keras kepala dan ingin melaju lurus terus dan menabrak rumah mang Yayan yang terbuat dari beton.

Hebat, sekarang aku sudah melaju di atas, di atas motor, diatas aspal di jalan raya puncak, yaitu jalan raya utama yang pernah dilewati presiden, wakilnya, gubernur, kiyai, santri, rombongan haji, binaragawan, vegetarian, dan Arnold Schwarzenegger. Memang dia pernah? tentu saja tidak, tapi bisa, kalo dia mau.

Motor melaju dengan kecepatan 40km/jam, melewati banyak rumah dan papan reklame yang besar bergambarkan dua orang calon pemimpin beserta janji janjinya. Ditemani turunnya kabut pagi hari yang segar, yang seakan runtuh dan ingin melenyapkan daratan Cisarua secara perlahan.

Bogor, kalo hari biasa itu adalah Bogor, yang sejuk, dan di sepanjang jalan raya penuh kedamaian. Tapi sayang, pada saat akhir pekan atau liburan, Bogor menjadi milik orang Jakarta, membuatnya menjadi macet, menyebabkan panas cuaca, dan panas jiwa raga karena bunyi klakson dimana-mana. Yah, apalah boleh buat, Jakarta adalah Ibu Kota, bukannya anak harus nurut dan tidak boleh melawan Ibunya? sebenarnya boleh, jika kamu ingin seperti Malin Kundang yang terkenal tapi dikutuk menjadi batu karena durhaka pada Ibunya.

"La, kenapa kita pakai jaket?" kataku ketika diatas motor.
"Biar anget bang" jawab Lala.
"Kalogitu, kita buka"
"Biar apa?"
"Biar dingin he he he"
"Ayo! ha ha ha"

Dan kamipun tidak melakukannya karena itu akan membuat kita kedinginan dan mendzolimi diri sendiri jadinya.

Alhamdulillah, aku harus bersyukur, kenapa? karena aku sudah sampai di RSUD, wow! lebih cepat lima belas menit dua puluh tiga ternyata. Lala yang sedang sibuk mencari posisi parkir, aku suruh dia jadi orang sakit, maksudku, cuma pura pura sakit, tapi nyatanya dia gak mau.

Sampai disana, aku dan Lala, atau biasa disebut kami, menunggu selama lima belas menit. Dan itu cukup membuatku bosan, gak tau Lala, karena itu urusannya, mau bosan atau tidak, dialah tuannya. Sampai akhirnya aku perhatikan orang-orang disekitar. Disitu banyak orang yang sibuk menjadi dirinya sendiri, ada yang riweuh (bahasa Indonesianya: heboh dalam konotasi negatif), ada yang santai, ada yang diam dan hanya berharap kesembuhan, dan ada yang merokok, iya, tentu saja bukan disini, melainkan seberang sana di tempat yang bertuliskan "warung kopi sedia mi rebus".

Kalian bisa lihat segerombolan wanita berseragam putih itu?! pasti tidak, kecuali kalian ada disini waktu itu bersamaku. Biar aku tebak, mereka pasti calon Bidan, maksudku, mereka adalah yang sedang melakukan praktik kerja disini. Ya, aku melihat dari pakaiannya.

"Bang, mau kemana orang-orang itu" kata Lala sambil memonyongkan bibir sebagai alat penunjuk.
"Mereka calon bidan, mau praktik bekerja mungkin, oh, aku lihat diseragamnya" kataku.
"Oh, tapi bagai mana kalau bukan bang?"
"Iya la, bagaimana kalo dia selingkuh sama dokter yang ada di dalam? Apa kata kekasihnya nanti?"
"Ah itu gak mungkin bang"
"Haruskah aku tanyakan?"
"Gak usah!"

Kamu harus tau, waktu itu melaju, kalau kamu ada disini pasti bisa membuktikan bahwa waktu tinggal lima menit lagi untuk satpam membuka pintu utama RSUD, dan kita harus tetap menunggu.

"La, perhatikan tukang sampah yang sedang menyapu" Kataku.
"Kenapa gitu?" tanya Lala sambil menoleh ke arah selatan.
"Dia ingin diperhatikan orang-orang" jawabku "Tapi dengan caranya sendiri"
"Ha ha ha, betul!" jawab lala, menandakan bahwa dia setuju.
"Dia masuk ke tengah-tengah rombongan ibu-ibu yang sedang asyik bergosip"
"Iya, dia menyapu di tengah tengah rombongan ibu-ibu"
"Iya, dia diperhatikan oleh semuanya, hihi" kataku "Kamu mau diperhatikan mereka enggak?"

"Caranya, bang?" Tanya Lala.
"Gampang, pura-pura kesurupan, nanti aku yang sadarkan"
"Ha ha ha"

Pintu sudah terbuka, tentu saja tidak otomatis, karena ada dua manusia berjenis kelamin laki-laki dibalik itu yang sudah membukakan pintu, namanya Nurdin, dan satu lagi, oke, siapa itu? aku lupa namanya. Jangan heran kalau aku tiba-tiba tau namanya, aku pikir, aku gak perlu kasih tahu kamu bahwa aku tau namanya dari name tag berwarna hitam putih yang dia tempelkan di dada bagian kiri. Dan nyatanya kamu sekarang sudah tau.

Lihat kami, berjalan masuk kedalam tanpa mengetuk pintu, karena aku pikir lebih baik tak perlu mengetuk pintu terlebih dahulu, kecuali apa? kecuali kau mau.

Sekarang aku menemukan Dinar! sebab? sebab aku melihat acrylic name plate yang bertuliskan Dinar S. Ramadhan, di meja dekat stand pendaftaran. Aku bisa lihat usianya sekitar dua puluh dua tahun kurang dua bulan. Oh mungkin itu dia yang aku maksud, maka aku membungkuk untuk bisa berbicara melalui lubang kecil yang menghubungkan keduanya, maksudku, menghubungkan aku dan Dinar.

"Dinar?" tanya aku "Mba Dinar?!"
"Iya, bisa di bantu?"
"Ini, Dinar S. Ramadhan, kan?"
"Iya a" kata dia sambil senyum.
"Serius ih!" sambungku "Sumpah?"
"Sumpah apa a?" jawab dia, aku lihat dia seperti mengerutkan dahi.
"Sumpah ini Dinar Safitri Ramadhan?"
"Eh, bukan a, Dinar Septia Ramadhan" jawab dia sambil lihat layar komputer.
"Oh yaudah gausah dipikirin, kenalin ini Permana Sidik" kataku sambil menunjuk Lala.
"He he bisa dibantu, a?"
"Iya, aku mau tuker ini mba" sambil melihatkan kertas.
"Coba saya liat dulu"
"Silahkan" Jawabku.
"Atas nama Eva, ya?"
"Evawati Sukarno Putri?" tanyaku.
"Evawati aja a he he"
"Masa? tadi ada Sukarno Putri nya" kataku "Sumpah lagi?"
"He he he" dia ketawa, sedikit, seperti gak perlu "Semuanya seratus tiga puluh lima ribu rupiah a"
"Oh iya, ini mba" sambil memberi uang, yaitu lima puluh ribuan tiga.
"Ini obatnya, diminum dua kali sehari setiap pagi dan sebelum tidur" katanya.
"Obatnya boleh pake nasi mba?" kata Lala.
"Ih, ha ha ha"
"Ha ha ha, yaudah makasih mba, salam buat bi Haji ya" kata Lala "Mangga!"
"Mangga a!"

Itulah Dinar, adalah dia orangnya, suka telanjang kalo mandi. Oh iya, tadi dia memberiku uang, tapi kamu jangan curiga, karena uang itu adalah uang kembalian.

Ayo Lala, kita harus pulang, aku lapar, belum sarapan, dan sekarang harus. Aku punya ide cemerlang La, kamu mau tau? iya, kita cari makanan di jalan saat pulang. Motorpun melaju kemana, yaitu keluar dari kawasan RSUD agar lala bisa merokok, tapi intinya bukan karena itu, karena kami ingin pulang.

Sekarang sudah pukul tujuh tiga belas, waktunya pulang, matahari seperti malu-malu untuk menampakkan dirinya, tapi tidak dengan rombongan kabut, mereka sangat percaya diri untuk membuat temperatur menjadi dingin. kami sudah berdiskusi untuk ambil jalan memotong, karena, jam segini polisi sudah ada di setiap sudut kota untuk menegakkan perdamaian. Maka dari itu aku ambil jalan lain, sambil mencari makanan yang dijual bebas di sepanjang jalan, yaitu jalan ke arah bendungan, melalui pasir muncang, cidokom dan muncul disana, yaitu di cisarua tempat kami tidur, makan, mandi dan main playstation, kalo shalat, harus ke masjid.

Lihatlah kami, yang kelaparan, kedinginan, mata merah, dan memakai helm. Oh, tidak kah kau kasihan pada kami?

Tuhan selalu sayang pada hambanya, maka akupun bertermu dengan warung di daerah apa itu namanya aku lupa. warung berukuran 3x4 meter yang terletak di pinggir jalan, yang menjual banyak makanan untuk dimakan. Aku lihat ada nasi uduk dan kawan-kawannya disana, maka kami putuskan untuk menghentikan motor di samping warung karena ada kebutuhan primer yang harus kita penuhi terlebih dahulu.

Disana sudah ada sejenis manusia, yang sedang duduk di bangku panjang berukuran 1,5 meter, sedang sarapan pagi. Aku yang kedinginan pun langsung duduk di bangku tersebut, tapi tidak dengan Lala, dia berdiri sambil menyilangkan tangannya di dada, seolah-olah biar semua orang di dunia tau bahwa dia sedang kedinginan. Bangku ini sebenarnya muat untuk tiga orang, tapi sejenis manusia disampingku ini tidak mau berbagi tempat duduk kepadakami, dia malah asyik menyimpan helm miliknya untuk tetap berada di sampingnya.

"Rokok a?" aku menawarinya rokok "Enggak ngerokok!" katanya, kulihat wajahnya begitu ketus, mebuat tanganku ingin sekali menamparnya, mungkin Lala juga, mungkin kamu juga jika berada disini, mungkin Pak Ustad juga, kalo dia bukan orang yang sabar.

Aku mencari manusia lain, tepatnya manusia yang punya warung ini untuk memesan nasi uduk. Tidak lama kemudian, hey! lihat! aku punya rahasia, ternyata yang punya warung ini adalah perempuan setengah baya. Dia adalah yang aku panggil Bi Enur! padahal namanya bukan.

"Bi Enur, aduh siapa initeh lupa lagi" kataku sambil memasang wajah bingung.
"Bi Diah" katanya sambil senyum.
"Aduh iya bi maaf, lupa lagi udah lama gak kesini he he he"
"Iyah gak apa apa jang" katanya sambil memanaskan kompor.

Tentu saja, Jang bukan namaku, Jang yang dia maksud adalah: Ujang, yaitu seperti panggilan aden, atau den.

"Laper euy bi, dari sd belum makan" Kata Lala.
"Silahkan makan, itu ada nasi uduk masih hangat" Kata si bi Diah. Sebenarnya bi Diah waktu itu ngomong sunda, tapi sudah aku terjemahkan.
"Iya bi, mangga!"
"Mangga!"

Oh neptunus dan penghuni lautan, lihatlah betapa lahapnya aku dan Lala ketika makan. Jangan menangis, karena menangis di dalam lautan akan sia-sia.

Kamu tau dengan cara apa kami makan? Betul, dengan cara duduk, mengunyah dan menelannya. Akhirnya Lala duduk di sampingku, setelah sejenis manusia yang Lala panggil monyet itu pergi mengendarai sepeda motor.

Alhamdulillah, aku bersyukur tanpa sendawa, karena kebutuhan primer ku sudah terpenuhi. Ayo Lala mari pulang, sekarang aku mengantuk, tapi kamu jangan, karena harus menelusuri Kabupaten Bogor Tegar Beriman menuju rumah. Inilah hari ini, kapan aku ada waktu untuk seperti ini lagi, Lala?

Referensi Game : Harvest Moon Back To Nature

Kau orang suka main game? aku enggak, tapi kadang kadang sih. Tapi kalo game kucing-kucingan aku suka sekali, apalagi petak umpet dengan si sandi si anak bawang daun, dia selalu jadi kucing soalnya. Masa kecil aku game yang terkenal ya apalagi kalo bukan kucing-kucingan. Paling sega, nintendo, dan playstation one yang diperebutkan bersama saudara. Tapi yang macem gitu mah bagi aku barang mewah ketika itu, lagian gak asyik, kalo aku menang terus pasti dimusuhi teman-teman, terus gak diajak main lagi.

Beda jauh sama anak-anak jaman sekarang mah, serba digital mainannya. Pernah si willy, fajar dan si dipra adalah tiga bocah yang menyebalkan di kampungku (tapi si fajar mah enggak, soalnya dia adiknya si isniye, kekasihku, jadi aku harus baik-baikin dia) Mereka bertanya.

"Abang, abang, eh"
"Apa?"
"Suka main Grand Theft Auto San Andreas gak?"
"Apaan ituteh? oh GTA, iya, suka, kenapa?"
"Bagus yah?"
"Iya seru, aku suka nembakin bapak-bapak sama nyolong mobil"
"Iya bang, tapi GTA V lebih bagus loh"
"Bagus apanya"
"Iya, grafiknya lebih bagus, lebih hidup, lebih nyata"
"Gitu doang apa asyiknya, cuman duduk, memainkannya dan mengkhayal"
"Iya, seru, tau, cocok dimainkan dari sore hari sampai maghrib"
"Enggak, lebih menyenangkan main di luar, kucing-kucingan sama teman-teman menghabiskan waktu sore"
"..................." mereka diam.
"Itu lebih asyik, lebih menghidupkan, lebih nyata"
"..................." mereka menundukan kepala seolah-olah merenung.

Tetapi perbincangan terbuka diatas tidak berarti membuat aku tidak suka bermain game, aku gamers sebenernya. Tetapi hanya beberapa game saja yang aku candu sampai sekarang. Aku lebih tertarik bermain game simulasi kehidupan, dibanding balapan dan perang aku lebih memilih game ber-genre seperti itu.

Salah satu game yang aku candu diantaranya The Sims dan Harvest Moon. Aku sering lupa waktu kalo sudah bertemu game menyenangkan seperti itu, lupa makan, lupa teman-teman, lupa ngopi, lupa bahwa aku sebenernya sedang disuruh teh euis untuk belanja ke pasar.

Tapi game tersebut sebenernya memberiku pelajaran. Kalian tau Harvest Moon Back to Nature kan? pasti tau lah, game yang booming di tahun 2000-an, yang bercerita tentang kehidupan di desa, untuk berkebun, membeli sapi, ngadu ayam, dapat uang, nyuruh kurcaci, nikah dengan anak tukang ayam, oh aku suka yang seperti ini. Setidaknya game Harvest Moon ini mengajarkanku untuk bekerja keras untuk menggapai apa yang kita inginkan.


Cover Game PS 1
Aku pertamakali main Harvest Moon ketika itu, pas aku SD, ketika di rental playstation a oi di dekat rumahku. Ketika itu aku lihat a oi sedang serius bermain game Harvest Moon sambil dikelilingi anak-anak seperti aku, tio, rifan, rahman, lala, nde, aba, sandi dan banyakan. Aku pikir Harvest Moon ini game dewasa, aku gak tau cara bermainnya seperti apa, pasti susah.

"A oi, ini teh game apa?"
"Ini game ps 1, sejam Rp. 3000" sambil masih menatap layar teve.
"Ih, bukan, maksudnya ini yang a oi mainin game apa?"
"Oh, ini harverst moon, baru beli tadi"
"Seru gak?"
"Seru, tapi harus sabar"

"Kok gitu, susah yah mainnya?"
"Susah lah, inimah gak ada tamatnya"
"Ogitu, itu yang dijalanin a oi pasti si harvest moonnya yah?"
"Bukan, ih. Ini namanya si jordi"
"Masa, pasti bohong, jordi mah kan anaknya a oi, terus si harvest moonnya yang mana?"
"Ih, harvest moon mah nama gamenya, itu bahasa inggris"

"Iya, itu ko bisa namanya jordi a?"
"Iya kan disuruh isi sendiri nama si orangnya, bebas siapa aja namanya"
"Ogitu, kalo namanya eman boleh a?"
"Haha boleh lah"
"Haha keren, aku mau main sejam ah, tapi nanti ajarin"
"Boleh, uangnya dulu tapi"

Dari situ aku diajarin a oi cara bermain harvest moon yang baik, mulai dari mencari uang dan memanfaatkan waktu sebaik-baiknya, juga mengajarkan kalau bekerja itu harus berhati-hati. Soalnya waktu itu aku pernah pas mau ngejual telur, aku salah melemparnya, jadinya pecah dan aku dimarahi a oi. Oh iyah, itu juga mengajarkan kita untuk harus sayang sesama mahluk hidup.


Sini, papa peras dulu
Bermain game ini adalah menyenangkan, sampai kapanpun, sampai sekarang aku masih bermain game ini. Tapi berbeda dengan dulu, sekarang aku mainkan di laptop, ini lebih menyenangkan, karena bisa dibawa untuk bermain di atap, di kamar, di ruang tamu atau di rumah tetangga. Harvest Moon ini banyak, selain Back to Nature, ada juga macam lainnya, seperti Harverst Moon Friends of Mineral Town yang aku mainkan di Game Boy Advance punya widi waktu itu sampai bosan, sampai rusak, dan sampai Game Boy-nya hilang.



Sebenernya masih banyak macam Harvest Moon yang lain, tapi aku tetap setia pada Back to Nature-ku, yang memberikan semua kenangan menjadi berada disitu ketika ku mainkan. Eh eli, sekarang aku rindu loh.

Buat yang suka main game ini pasti kenal karakter wanita yang ada di Harvest Moon Back to Nature. Iya, mereka adalah popuri si anak tukang ayam, si karen tukang mabuk, si merry tukang baca buku, si elli suster dan ann si apa? dan aku keren, aku pernah menikahi mereka semua.


Elli
Menikahi mereka punya rasa yang berbeda beda, tapi yang tetap tenang tetap senang itu menikahi elli. Dia adalah suster yang baik, dia tinggal bersama nenek dan adiknya stu, orang tuanya tidak ada. Sewaktu PDKT dulu aku selalu semangat, aku kadang terlihat seperti gila untuk hal yang satu ini. Aku harus berlari ke gunung setiap hari hanya untuk membawa bunga di musim semi untuk diberikan kepada elli untuk membuatnya senang. Juga sering mengirim telur rebus untuk nenek ellen dan coklat untuk stu, adiknya elli, oh ini namanya cinta, aku pikir. Tetapi tetap, aku harus menjaga perasaan si doktor, karena dia juga menyukai elli, tapi aku selalu memberikan tumbuhan obat, dan dia senang. Setidaknya lah, untuk menjaga tali silaturahmi antar rukun tetangga.


Pas nembak, aku degdegan.
Bermain Harvest Moon ini menyenangkan, bermain game seolah-olah memainkan diri kita sendiri, hidup berkebun seorang diri, dengan bermodalkan ladang yang luas yang penuh rumput liar, dan bersama anak anjing, yang aku selalu beri nama "Bopih" di setiap kali main game ini. Permainan yang menyuruhku untuk bekerja mencari uang, dan merawat kebun titipan kakek. Tak lupa untuk harus bersosialisasi dengan warga sekitar agar tidak diusir. Ini mudah, warganya ramah, kita hanya tinggal mampir ke rumahnya tanpa ijin lalu tanya dan dengarkan curhatnya. Memang iya, maklum, soalnya disana belum ada facebook dan twitter, jadi harus begitu untuk menjalin silaturahmi secara keren. Juga pak mayor yang selalu mengadakan festival di alun-alun kota untuk mengumpulkan warga dan berlomba untuk membagi-bagikan hadiah. Rasanya hal seperti ini ingin aku terapkan di tempat tinggalku di sini.


Aku, Elli dan Stu juara lomba lempar tomat ke wajah dia, si rick!

Aku sudah terhipnotis game ini, imaginasiku semakin liar dengan bermain game ini. Jalan cerita pun sudah aku kuasai semuanya, aku seperti memiliki indra ke-enam jika bermain game ini. Setidaknya, karena sudah hafal jalan cerita, maka aku tau yang harus aku jawab jika para tetangga bertanya sesuatu.

Dan game ini secara tidak langsung menyembuhkan patah hati ku, kau tau? pasti tidak. Iya, ketika itu, ketika aku patah hati oleh si citra, tapi itu dulu, pas aku pulang kerja. Beruntung seperti ada yang mebisikan sesuatu kepadaku, seperti menyuruh membuka laptop untuk menghilangkan patah hati. Maka aku membuka laptop untuk tiba-tiba ingin bermain harvest moon yang sudah lama tidak aku mainkan, lalu aku bermain dari awal, dari 0, dari -3.

Hari itu pukul 23.06 malam, aku menghabiskan waktu sampai pagi untuk bermain game ini, seru, sampai ngantuk, sampai mata merah, sampai lupa tidur, sampai bisa lupain si citra, yes. Setidaknya aku harus berterimakasih kepada game ini karena sudah membuatku untuk tidak menjadi orang yang melamun ketika patah hati. 

Makannya, lala, kalo kamu sedang patah hati oleh si rani, jangan melamun dan mencoba meminjam uang ke aku untuk beli rokok dan guines agar seolah-olah kamu terlihat seperti seorang yang depresi, itu mah gak asyik. Dzikir aja, biar tenang, kalo enggak, ini, abang pinjamkan laptop untuk bermain harvest moon, move on ke si popuri. Tapi jangan sampai pagi, nanti batere laptop nya panas.

Tetapi, semakin menyenangkannya game ini semakin membuat aku menjadi seperti gila. "Tio, aku sedang jatuh cinta, sama si elli, jangan ketawa, ih! ini serius". Aku mencintai si elli, dia baik, penurut, cantik dengan rambutnya yang pendek, kami menikah ketika tanggal 17 spring, sudah satu tahun lebih, kita sudah punya anak waktu itu, namanya Lennon. Dengan adanya Lennon ini semakin menguatkan cinta kita. Dari situ aku berpikir ternyata lebih menyenangkan jika bisa berpacaran dengan kartun, gila!


Menunggu kelahiran Lennon, aku panik dan berdoa, tapi nenek tidak.
Ketika Lennon sudah lahir, aku gak bisa adzankan dia, soalnya ini Playstation.
Umur 4 bulan, Lennon sakit, Elli gak sadar kalo dia adalah suster.
Pernah waktu itu aku ijin gak masuk kerja karena malas dan menelpon pak dede indar dengan alasan kurang enak badan. Padahal aku di rumah, main harvest moon sampai sore sama si tio yang waktu itu ke rumah aku untuk ngopi bareng. Saking menyenangkannya game ini aku sampai bolos kerja, astaghfirullah. Tapi aku tidak lupa akan tanggung jawabku yang lain selain kerja tentunya, ibadah mah harus, itu kewajiban, gamenya kan bisa di pause.


Aku, Elli dan Bopih, lagi nguseup.
Lagi marahan, ceritanya.
Bermain dengan adik ipar yang menyebalkan.
Aku, Elli dan John, Sakinah, Mawadah, Warahmah (SAMARA)

Menyenangkan kan? Nih, buat bocah yang katanya gamers. Jangan ngaku pecinta game sejati kalo belum main Harvest Moon Back to Nature. Kalo belum pernah mainin game yang seru macem ini berarti kalian gak keren. Apaan masa main game minta uang yang banyak ke orang tua cuma buat beli voucher? gak asik men. Mending main Harvest Moon Back to Nature, kalian bisa ngambil banyak pelajaran disini. Setidaknya kalian jadi tau betapa susahnya mencari nafkah, betapa menyenangkannya berkebun, betapa pentingnya bersosialisasi kepada masyarakat sekitar, dan betapa kerennya sebuah perjuangan untuk bisa mendapatkan wanita yang kau cintai tanpa uang yang banyak. Tapi maaf, aku malas, aku pake gameshark.






Kencan Asyik Bareng Irvina Lioni

Malam yang cerah tentunya, ya namanya jatuh cinta, hati berbunga-bunga katanya, iyasih cuman aku alergi sama bunga, tapi ya namanya jatuh cinta, tidak cuman hati, hidung yang alergi pun pasti akan menjadi buta.
Aku mau nulis apa yah, oh iyah, ini, kalian kenal Irvina Lioni? harus kenal yah, setidaknya biar aku gak sia-sia nulis untuk mahluk ciptaan tuhan yang luar biasa ketje ini. Dia adalah penulis buku, dan blogger betawie terketje se-jakarte.


Wujud manusia terketje se-Jakarte, keren kan?


Keren kan?


Aku di kamar, malam-malam, dan tio nyamper ke rumah, dia masuk ke kamar, duduk sambil cerutu yang menyala di tangan, dan aku menutup hidung karena biar keliatan alim sama teh Euis.

"Rokok pun?" Tanya tio.
"Iyah, sok..... nanti aja di luar" jawab aku, berbisik ke telinga nya.
"Oke"

*Teh euis ialah yang dipanggil kakak kandung olehku, yang pasti akan memarahi aku kalo ketahuan ngerokok.

"Ti, aku sedang jatuh cinta"
"Ha ha ha" tio ketawa

"Jangan ketawa, ih, ini serius"
"Ih, enggak aku ngetawain blog kancut keblenger, lucu"
"Bohong" kata aku.
"Iya, ih, serius"

"Aku sedang jatuh cinta, ti"
"Sama siapa?"
"Gundam he he"
"Ih"
"Enggak ti, aku bohong. Aku jatuh cinta sama si Irvina, tapi jangan bilang bilang isniye yah?"
"Ohaha si Irvina? iya iya aku tau"
"Emang kamu tau?"
"Iya tau, dia penulis, b
logger betawi terkece se-jakarta, kan?"
"Bloger betawie terketje se-jakarte maksudnya?"
"Iyah itu" jawab tio sambil liat hafenya dan menghisap cerutu.

"Aku mau menyatakan cinta ti"
"Sama aku?"
"Ih, amit-amit"

"Ha ha ha"
"Sama si Irvina Lioni"
"Atuh, yaudah sok aja, aku bantu doa"
"Eh, tapi aku gak yakin, aku pemalu, aku takut ditolak"
"Kenapa begitu"
"Dia kan orangnya pemilih"
"Kau pahami dulu saja dia, harus lebih seperti memahami matematika, aku bantu kau belikan shampoo Metal" kata tio sambil mengangkat telunjuk dan jari kelingkingnya.
"Kok, untuk apa?"
"Iyah, kau bilang dia suka manusia berambut gondrong, kan?"
"Iyah"
"Suruh saja pacaran dengan epul"
"Epul teh siapa?"

"Itu, Tarzan dari kalimantan ha ha ha"
"Ih"


"Tapi aku gatau Irvina Lioni itu yang mana orangnya, aku lupa" kata tio
"Nih lihat" kata aku sambil memperlihatkan blognya Irvina Lioni.
"Ih cakep.... gundamnya he he"
"Ih, serius, cantik kan? jangan lama lama lihatnya, nanti kau akan jatuh cinta"
"Iya" jawab tio singkat.

"Kamu kan bisa kepoin tiap hari FB, Twitter sama Blognya dia, lumayan, cari informasi tentang dia"
"Ih, emang iya dodol, aku suka begitu, tapi aku takut, sekarang banyak aplikasi di fb untuk mengetahui siapa yang suka ngintipin profil anda, nanti kalo aku ketahuan suka ngintipin pasti akan malu"
"Itumah cuman spam, gak apa apa"
"Oh iyadeh, tapi kan rese"
"Gak apa apa, percaya sama aku" kata tio, sambil memegang erat kedua tangan dan menatap mataku. #Apasih

"Iyadeh, aku besok mau ngajak dia bertemu ah, aku mau menyatakan perasaan, takut nanti keburu sama orang lain, itu pasti akan sakit"
"Kamu yakin pasti diterima?"
"Takut sih, tapi percuma saja berlayar kalau aku takut gelombang, setidaknya aku sudah menyatakan, kan?"

"Ken Arok!" kata tio sambil nunjuk wajah aku
"Ih, bukan, ini ipun"
"Yasudah aku doakan kamu biar dapat gundam sukses dengan pernyataanmu"
"Iya ti, tarimakasyh"
"Sip" sambil angkat jempol seolah-olah ingin membuatku yakin.



"Assalamualaikum, Irvin"
"Waalaikumussalam, Ipun. Iye ade ape?"
"Besok aku tunggu di bus keren di pinggir pantai Izmir yah"

"Mau ape?" kata pina, tetap dengan logat betawinye
"Aku mau gundam bertemu"
"Iye, jam 9 tapi ye?"

"Iyah, makasih :)"

Irvina Lioni adalah dia orangnya, yang tuhan ciptakan untuk apa? iya, untuk membuatku merasakan jatuh cinta yg tulus, tanpa robot gundam didalamnya. 

Dia, manusia yang aku cintai sejak 1994. Kami sahabat dekat, kali ini aku harus menyatakan perasaan, kadang aku terlihat gila dalam urusan seperti ini. Tapi biarin, memang cinta butuh pengorbanan, biarpun jiwaku yang sumber waras yang menjadi korbannya. Irvina, aku sayang kamu, tulus, tanpa robot gundam, kau tahu? pasti tidak, karena besok aku akan menyatakannya. Tunggu saja, di Izmir yah, di turkiye. 

Dan setelah itu, aku langsung memasang strategi penembakan, tentu saja di kamarku, bersama patung spiderman, poster Rolling Stones, kopi diatas meja dan ditemani lagu The Beatles full album "Rubber Soul".

Dan jadilah, senjataku yang lain, untuk menyatakan, selain keberanianku yang keren. "Kertas Ajaib" Alias Popup Book Love.


Besok pagi, aku harus bangun, karena kalau tidak bangun, nanti aku pasti akan dikira mati suri oleh keluarga dan tetangga. Dan atas nama energen cokelat diatas meja, juga tv yang menyala dipagi hari. "Apaan sih, acara musik pagi-pagi, berisik, mana yang nyanyi banci semua, joget joget, lipsing, ih (cc: boyband)". Lalu dengan penuh semangat aku matikan teve dan segera bergegas keluar dengan mulut yang penuh pisang goreng untuk sarapan.

"Oke pina, kau siap? aku tidak" kata aku, sambil tangan memegang dada dan yang satunya lagi memegang "Kertas Ajaib".

Pukul 08:03 aku sudah berada di Izmir, turkiye. Sengaja aku datang lebih awal karena Izmir itu jauh, nanti kalau aku telat bisa gagal semua rencana. 

Sesampainya disana aku nyari bus di pesisir pantai izmir, dan aku menemukan benda ini.


Beh lagi ngetem kan? aku ikut bentar yah, mau menyatakan perasaan.
















Itulah bis yang nantinya akan aku gunakan untuk eksekusi penembakan. Di dalamnya ada pak Haji Mustafa Yilmaz, dia sopir dan disitu ada perbincangan tertutup antara aku dan pak haji, sedikit.

"Pak haji, sehat?"
"............." dia diam dan senyum.
"lagi ngetem yah? pak haji"

"............." dia masih diam dan senyum.
"aku ikut ya, he he mau menyatakan perasaan"
"............." dia mengangguk sambil senyum.

Aku baru ngeh, ternyata dia gak ngerti bahasa Indonesia yang baik, aku lupa, ini Turkiye! 

Lalu aku duduk di kursi no 19, kenapa begitu? Ini juni, musim panas disini, sangat cocok utuk situasi seperti ini, udara sejuk, diantara pantai biru dan bus Turki yang aman tanpa pedagang asongan. Juga ditemani cay (nama lain teh dari Turki yang khas), tadi aku pesan dua, satu lagi untuk pina, nanti. Selain itu, ini adalah hari ulang tahunnya. Seandainya aku menyatakan perasaan, dan dia senang maka ini akan menjadi kado sederhana di hari ulang tahunnya. Seandainya dia menolak, gak apa apa, aku patah hati, tapi dia pasti akan senang, setidaknya setelah ini aku akan ajak dia berkeliling Izmir lalu kembali melihat senyumnya yang keren hingga menyebrangi lautan mediterania.

Jam 08:52:46, dia datang, wanita berhijab, dengan atasan merah pudar, dan bawahan hijau. Dia senyum, aku luluh, matanya bicara, lagi-lagi perasaan ini datang, iya, damai. Ya Tuhan, bahkan diamnya dapat mematahkan semua tulang.... aku kurus, apalagi. Dia duduk disampingku karena aku suruh. 

Di dalam bus hanya ada beberapa orang, diantaranya mang husain, yusoffi, bi hanz dan anak-anaknya.

"Hay, dari tadi?" Sapa Irvina
"He he hay, iya nih, ini minum, aku belikan cay"
"Hihi makasih, gue minum ye? haus bener nih" lagi-lagi logat betawi.
"Iyah, aku tau, betawi kan jauh, tenang aja, aku gak kasih bumbu hipnotis di dalamnya, ini aman, kan di turki"

"Ha ha ha" sambil minum dia ketawa, dan airnya keluar dari hidung.
"Ha ha ha" aku juga ketawa.
"Ini cai?"
"Bukan, ih. Ini cay, kalo cai mah di sunda juga banyak"
"Ha ha ha, lo sering ke turki?"
"Enggak sih, aku baru pertamakali, ini juga di dalam tulisan"
"Ogitu, ha ha"
"Kok ketawa?"
"Enggak"
"Jilbab kamu ko berbeda? gak seperti biasanya"
"Iye lah, ini kan di Turki"
"Ha ha ha"

Lalu dengan tangan gemetar, bibir basah, keringat, aku memberikan "Surat Ajaib" itu.

"Ini, buat kamu"
"Ape ini?"
"Undangan Masa Depan" kata aku sambil ketawa.
"Ha ha ha ada ada aje, gue buka ye?"
"Jangan, nanti aku malu, tapi boleh deh, dikasih kan untuk dibuka dan dibaca"
"Hehe, iyee" dengan wajah pina yang senyum dan buka undangan pelan pelan.


Ini adalah situasi perasaan yang paling aku gak suka, ya, selain mengantri untuk dikuris ketika sekolah SD tentunya, degdegan. Ya Allah, bantu aku untuk tetap tenangkan perasaan ini. Oh iya, dzikir. Lalu aku dzikir, sambil sesekali lihat dia yang sedang membaca surat itu sambil senyum-senyum. "Mudah mudahan ini pertanda baik" amin, kata aku teh. Dia melihat mataku, tapi aku tidak, maaf, malu.


SURAT PERNYATAAN

Saya, yang nanti pasti akan bertanda-tangan di bawah ini:

Nama : Muhammad Arief Rachman Hakim
Zodiak : Scorpio

Meminta maaf kepada manusia yang bernama :

Nama : Irvina Lioni Yuniasari
Zodiak : Apa?

Karena telah mencintai sepenuh hati tanpa sepengetahuan Irvina Lioni sejak 1994.

Oleh karena itu, bersama surat ini, mewakili mulutku yang tak pernah diam ketika makan. Juga atas nama perasaan yang selalu damai ketika bersamamu. Maka, saya pribadi tanpa disuruh Tio, ingin menyatakan cinta yang terpendam sejak 1994.

Demikian surat pernyataan ini saya dan mang Eman buat, karena dia yang ngeprint. 
Besar harapan saya untuk bisa berbagi perasaan tulus satu sama lain bersama Irvina Lioni. Bersama cinta sekuat pemahaman, maka dengan ini aku harus mengatakan dengan serius.

"AKU SAYANG KAMU, IRVINA LIONI, JANGAN TERTAWA"


Lembar Pengesahan 
Diterima/Diterima/ditolak/Diterima
*Coret yang rapi                                                      



Izmir, 19 Juniye 2014


Muhammad Arief Rachman Hakim


"Ha ha ha kamu serius?" tanya pina, yang tiba tiba hilang logat betawi nya
"Serius apa?"
"Ini?" sambil mengangkat kertas ajaib
"Menurutmu?"
"Ini seperti bercanda, tapi ini bagus, aku senang" sambil senyum.
"He he iyah, tapi itu serius, kan ada lembar pengesahannya"
"Oh, jadi aku harus jawab?"
"Menurutmu?"
"Yasudah, kalo begitu, i will" dia senyum.
"Aku tau, itu lagunya Beatles"
"Ih, bukaan, aku mau"
"Mau apa?"
"Ih!" bibirnya ditekuk kebawah, seolah-olah ingin mengekspresikan kekesalan.
"Ha ha kau serius?" tanya aku, bersama perasaan resah yang hilang sedikit demi sedikit.
"Iya" dia mengangguk dan senyum tanpa aku suruh.
"YES!" aku bilang, dan dia tertawa, pipinya merah, seperti bak-pao berisi daging, eh kebab aja, ini kan turki.

Setelah adegan itu, adegan apa? iya adegan itu.... Maka bus tingkat ini pun melaju ke tempat yang akan dia tuju. "Perfect Timing!" aku bilang dalam hati. Lalu bus tersebut tanpa disuruh, otomatis mengelilingi kota Izmir, di turki, bersama senyum hangat wanita ini, yang bersamaku sekarang, bersama perasaan yang selalu berbunga-bunga, biarpun aku alergi, bodo amat. Ini cinta dan pemahamaan. Oh Izmir yang sempurna.

"Kamu kenapa, sayang aku?" kata pina, nanya.
"Tak perlu jenius untuk melihat keindahanmu, Irvina"
"Hi hi hi" lagi-lagi dia senyum bersama kebab daging yang semakin matang.
"Iya" aku juga senyum, biar dibilang serius, romantis, ramah dan tampan.
"Kamu mau, tinggal disini? pasti betah yah" pina nanya lagi.
"Tak ada alasan untuk betah disini, sayang.... kecuali bahwa kau jauh"

Irvina Lioni menatap mataku, lalu dia senyum, dan bilang.

"Seni Seviyorum" sambil senyum dan tiba-tiba bisa bahasa Turki.
"In My Life, I Love You More" aku juga senyum.
"Aku tau, itu lagu The Beatles" Kata pina.
"Ih!"
"Ha ha ha"
"Tapi jangan bilang isniye"
"Isniye? siapa"
"Eh, gatau, lupakan, ha ha ha"

#Now Play : The Beatles - All My Loving

Dan kami pun saling menatap untuk berbagi perasaan, sampai bus berhenti, sampai di bandara adnan, sampai di betawi, sampai di puncak Bogor, sampai lupa pulang, sampai selesailah tulisan ini.


Hay gundam, sini papa peluk.


"Dibuat ketika di kantore, bersama rombongan Rolling Stones di belakang yang sedang bisikin"



I-MAGINE Part II

Gelap, tapi merokok

Free Man

Lala masukin teve

TMTL F.C. Home Kit 2013

Perfect Timing, Lala, dan Si Kembar

Bukan Yamato

Terikat

Taman Tulang Bersaudara

Besar kepala, nyuci di sawah

Lala mau sekolah, aku suruh pose dulu

Teman-teman yang sehat

I-MAGINE Part I

Atong, Azka, Atong, Azka, Atong, Azka ayo pulang.

Lala, melawan dirinya sendiri.

Joinedun Human

Iwa bersulang untuk dirinya

Rifan, Nelponi Without Freedom

Tumben, Akrab

Ngudud, Where's My Hand?!

Bisa, Tanpa Kepala

Foto favorit aku, keren

Wallpaper TMTL F.C. Versi Aku

Formation Futsaly

Siap-siap

Payung Teduh - Berdua Saja

Bersama-sama Merakyat

TMTL : Cerita Tak Berhikmah Part II

Setelah pulang mengaji, itu sekitar jam enam pagi, cuaca puncak selalu dingin, kecuali musim panas. Aku langsung membolehkan diri untuk tidur, biasanya, kalo sedang libur sekolah. Meskipun Rasulullah SAW tidak membolehkan tidur setelah subuh karena tidak baik. Maklum yah, ketika itu aku lagi-lagi belum tahu he he ditambah ngantuk karena semalam ikut pemuda kampung untuk berisik membangunkan orang yang sedang tidur, seperti mang ato dan teh neng dan keluarga untuk sahur. Inilah kenapa kami mau-maunya bangun jam 2 lalu ikut ikutan membangunkan yg sedang tidur, karena ini adalah salah satu hal yang menyenangkan ketika bulan penuh berkah tiba. Aku selalu tertawa ketika pemuda sini menyanyi untuk membangunkan sahur. 

Mereka gak nyanyi Rolling Stones, mereka nyanyi lagu yang mereka bikin ketika di saung inspirasi. Lagunya bagus, tentang ini.... apa? tentang sahur. Kalian mau mendengarkan gak? harus mau tapi yah setidaknya supaya tidak sia-sia aku upload lagunya ke sini. Tapi nanti aku uploadnya, mau nyuruh si yono nyanyi dulu.
Pemuda sini mah pada lucu, suka becandain orang tetangga, seperti ketika di depan rumah mang comel, mereka jalan pelan sehingga tidak membangunkannya ha ha ha, tapi nanti juga di bangunin kok, kalo enggak, nanti dia gamau ngasih kita kopi sama uang i-yu-ran.

Tapi sekarang aku sudah besar, sudah boleh diijinkan untuk begadang tanpa ada artinya, jangan bilang bang Haji, nanti kami pasti akan kena fatwa. Tapi enggak akan sih, kan begadang sekarang untuk main karambol dan membangunkan orang yang mau sahur nantinya.

Sekarang giliran aku yang jadi pemuda he he, pemuda itu enak, ngopi bareng bareng, main ps, boleh begadang, ada yg ngerokok, tapi akumah enggak, nanti dimarahi teh euis. Puasa sekarang itu gak asik sebenernya, sudah tidak ada nyubuh dan ngabuburit lagi bersama teman-teman. Ngabuburit mah ada sih, tapi di motor. Ah gak asik, mending kaya dulu, pada jalan ke USSU, lalu balik lagi, cuman buat lafarnya jadi gak kerasa, tapi malah haus. Ha ha tapi seru dulu itu, sering beli petasan untuk peperangan setelah maghrib dengan orang sebrang, orang tua juga sering marahi pastinya, katanya "jangan sok main petasan nanti ditangkap mang deni (polisi), terus nanti kena tangan, terus gak ikut lebaran".

Disitulah aku jadi takut, teman-teman juga, ya, selain takut mang deni yang menyeramkan juga manamungkin aku menyambut hari kemenangan dengan kesedihan, enggak lah.
Tapi bulan puasa sekarang juga tetap menyenangkan ko, masih bisa berkumpul bersama teman-teman, kegiatan rutin paling membangunkan orang yang ingin sahur, sekarang aku yang disuruh main gitar malem malem, dulu mah sih si a utuy, sekarang dia di cipanas dan jadi ustad, keren.

Lagu yang dibawain ada banyak, ada dua. Semuanya ciptaan anak muda dulu tapi. Pemuda sekarangmah gak kreatif ah, payah, kecuali aku. Pernah waktu itu pas kita keliling, kami tiba di alun-alun depan rumah pak RT, samping rumah manusia yang aku kasihi sampai sekarang, yang bernama Isniye, putri Haji Yaya tepatnya. Aku dan teman-teman nyanyiin lagu sahur sampai keras, sampai berisik, sampai dimarahi pak karyono. Gak apa-apa lah, itukan tujuannya.

Aku masih ingat, waktu itu dia (Isniye) bikin status yang dia pikirkan, katanya. "Good song, good arrangement:)". Aku senang lihat itu, maka aku like, asal kau tau, sayang, itu jiwa kreatifku, membuat lagu sahur ini menjadi country yang sering dinyanyikan oleh Loretta Lynn dan Conway Twitty agar bisa dinikmati olehmu, Ozbek :)

Dan kegiatan yang aku suka adalah ketika setelah membangunkan sahur, biasanya ibu-ibu suka nawarin kue atau kopi kepada kami, oh aku tahu, mungkin ini berkah membangunkan mereka. Ibu Hj. Bagyo yang paling sering, pernah waktu itu nawarin kopi dan makanan ketika kami duduk di warung bi juju, dan rifan yang ngambil setelah sebelumnya agak menolak untuk basa-basi. 

"Iya bu, makasih he he" kata rifan, dan kami.
"ini, ambil aja kopi nya, udah ibu bikinin, sayang, tau"
"Oh iyaudah, makasih buuu! hajah" kata kami, serentak

Padahal emang iya, tujuan kami ke bi juju emang untuk itu ha ha pernah ketika itu ibunya si nindi nawarin kopi, aku senang, nindi yang mengantarkan soalnya, maka harus aku yang ngambil.

"Ih, gausah repot-repot"

"Ih, gak apa-apa, ini disuruh ibu" kata nindi sambil ngasih nampan, dan senyum
"He he, makasih yah"
"Sama-sama beph" lagi-lagi senyum, dan aku harus membalasnya juga, biar di bilang ramah dan tampan

Lalu atas nama bibir kami yang kering karena udah teriak-teriak bangunin yang mau sahur tadi, maka kami tertawa dengan senang, kecuali aku, bibir aku basah, pas tadi ketemu nindi, gatau kenapa, senang, mungkin.
Setelah kopi dan nampan disimpan diantara mereka yang melingkarinya, maka diambilah kopi tersebut dan diminum pelan pelan secara tradisi. Aku belum ngambil, tapi aku lihat ada satu gelas yang masih utuh kopinya, iya aku tau, itu gelas yang si nindi bawa terakhir, karena warga yang banyak dan nampan tidak sanggup membawanya, maka disuruhlah nindi yang bawa. Yaudah aku ambil.

"Asiiiik, ini gelas bekas tangan nindi, pasti harum Clive Imperial Majesty". lalu aku minum kopinya.
"Ha ha ha"
"Baunya aneh" aku bilang
"Ha ha ha"
"Kenapa ketawa?"
"Itumah bekas si fahrezi juga, tadi di minum sedikit ha ha ha"
"Pantes aja baunya parah, kamu sudah puasa ji?" aku nanya ke si fahrezi.
"Masaiya, sekarang kan masih sahur, ipun"
"Belum puasa aja, baunya udah seperti ini" aku bilang.
"Ha ha ha ha, semuanya ketawa"

Dan kami pun menghabiskan malam menuju imsak dengan candaan hangat ala kami, tapi kami tidak seperti tio, kami tidak lupa niat sahur. 

Oh sungguh aku rindu momen seperti ini, mudah mudahan tahun depan kami masih bisa mensyukuri nikmatmu seperti ini ya Allah.


"TAPI BENERAN, 2014"