Tetapi Itu Firman, Adalah Dirinya Sendiri

Jika disuruh untuk nulis cerita maka aku akan nulis cerita ketika itu....
Ketika aku masih kecil, yang berteman dengan Firman, Rifan, Tio, Manaf, Aba dan Rahman. Ketika rutinitas menyuruh kita berkumpul bersama. Iya, waktu itu aku masih duduk di bangku sekolah SD kelas 6 bersama si Hamzah dan waktu itu aku sedang naksir si Lia. Setiap pulang sekolah biasanya aku langsung pulang ke rumah, karena disuruh, kalo tidak, pak dadang nanti pasti akan marah. Lalu, sesampainya di rumah aku jarang ganti baju seragam, malas, kecuali kalo dimarahin teh euis. paling langsung minum dan makan pisang yang ada di meja, biasanya. 

Atas nama perut yang lafar dan mulut yang penuh dengan pisang maka aku langsung bergegas keluar melihat siapa orang yang manggil aku dengan suara khas, "pasti si tio" aku bilang. Ternyata aku hebat, betul yang di luar adalah tio, yang setiap hari setelah pulang sekolah nyamper aku buat main bola kalo enggak ngajak minta jambu atau alpuket ke ibu yeyeh. Setelah nyamper aku, maka tio memberikanku selembar kertas acara kegiatan hari ini yang isinya :

"Demi yono, adikku, yang tidak aku ajak bermain karena menyebalkan, maka, aku DWI YANTO SULISTIO akan memberikan daftar acara kegiatan hari ini, pada tanggal 22-Maret 2006 kepada MUHAMMAD ARIEF RACHMAN HACKIM, selaku tetangga paling dekat, dengan daftar sebagai berikut :

1. Memberitahu Aba, Rifan, Rahman, Firman
2. Silaturahmi Kel. Besar Ibu Yeyeh, salim, dan minta ijin ambil jambu
3. Eksekusi Oleh Firman
5. Pembagian rata dan makan bersama

Note : Jangan ajak si Manaf!!!"

Setelah baca, maka aku tertawa tapi tidak keras dan bilang "Itu, HACKIMnya salah, tio". Dia tersenyum, lalu menuju rumah aba, aku berjalan sebagai kapiten di depan, tio makmumnya. Sampailah di rumah aba, maka aku harus nyamper, lalu berjalan lagi dengan kaki dan sandal jepit bagus yang insha Allah bukan hasil dari jumatan, menuju rumah rifan di dekat lapangan, sesampainya disana maka aku harus melakukan apa yang aku lakukan ketika di rumah aba, begitu seterusnya sampai di rumah rahman.

Setelah itu, apa yang kita lakukan? iya, kami langsung menuju rumah ibu yeyeh karena itu adalah jadwal no. 2. "Yuk ah" kata rahman yang sekarang jadi kapiten karena lebih tua. "gebotaaaaan" kata aba dan rifan, aku juga ikutan sih, tapi pelan.

Entah kenapa, aku gak engeh, kenapa tiba-tiba si manaf ikut, dengan begitu maka aku ngomong sendiri, tapi di dalam hati. "pasti da si aba yang ngajak, soalnya manaf adalah calon teman aba di sma yang akan mendatang. Lagian aba juga belum baca acara kegiatan, tapi masa dia nyamper? rumahnya kan jauh, oh mungkin dia sms. Tapi ini 2006, hape belum ada di kalangan teman teman, belum ada pou, angry bird, flappy juga". Oh biar lah, tio ini yang kesal.

Ini sudah jam 4 sore, dan sudah sampai di rumah ibu yeyeh, langsung lah dengan penuh rasa hormat si rahman nyamper dia, adalah ibu yeyeh. "Assalamualaikum, bu yeyeh nyungken jambu nya, heug? (bu yeyeh, mau minta jambu, boleh?". Dan ibu yeyeh menengok ke luar jendela sebentar, karena tau itu pasti kami yang selalu meminta jambu setiap hari, kecuali kalo lagi gak panen dan minggu. "Heug, tapi tong seu-eur teuing (Boleh, tapi jangan banyak-banyak" kata bu yeyeh. "Enya bu, nuhun (Iya bu, nuhun)" kata kami semua kecuali tio karena kesal ada manaf dan merasa acara kegiatan yang dia buat diabaikan, oh aku baru engeh disana ada kegiatan salim sambil silaturahmi. Lalu aku menghampiri tio dan bilang, "sudahlah tio, kita semua teman", "iya, kecuali manaf karena beda RT". Iya, kata aku bilang pelan, takut kedengeran soalnya. Sudah, ambil plastik sana, ambilin buah yang akan diambil firman yang nanti pasti akan dijatuhkan kebawah, aku yg memantau lokasi buah, rahman yang nunjuk nunjuk, dan rifan yang duduk dan diam karena aku tidak kasih dialog dari awal tulisan ini, biar, dia hanya jadi figuran, biar jadi banyakan mainnya.

*Alm. Ibu Yeyeh, sosok baik dan shalehah di tempatku, semoga Allah Ta'ala mengampuni dosanya, amin.

Lalu dengan penuh ambisi, firman mulai melakukan pemanasan untuk kaki dan tangannya yang penuh skill, "buru cen! (Cepat firman!)" kata rahman sambil nunjuk. "Siap grak! (Siap grak!)" kata firman. Maka apa yang firman lakukan? iya, dia langsung naik pohon legenda itu. Tidak sampai 10 detik, dia sudah berada di ketinggian 5meter. Lalu dengan cekatan dia ambil buah jambu yang berada di sekitarnya. Dia mah seperti kelalawar, tau yang mana buah yang matang. "Jangan banyak banyak, fir!" kata aba sambil teriak, "Iya, bener" kata manaf sambil teriak. Dijatuhkanlah satu persatu buah yang dia ambil, dan tio yang sibuk dibawahnya untuk menangkap buah jambu. Sambil takut, soalnya kalo buahnya ancur jatuh kebawah, pasti dimarahin rahman.

Karena sebenernya sekarang bukan musim jambu panen, maka wajarlah kalo buah yang kami dapatkan kurang matang, tapi alhamdulillah, masih nikmat lah untuk dimakan tanpa nasi. Firman adalah firman, punya kaka yaman dari beijing, dan uung yang dulu pernah nakut nakutin kami dengan cara menjadi pocong, tapi malah terlihat seperti vampir karena dia juga dari beijing.

"Eupppp!" kata rahman menyuruh firman untuk berhenti mengambil jambu. Dan aku melihat firman yang langsung mengangkat satu jempol tangannya keatas. Iya, kalo dua nanti jatoh. 

Lalu, ketika yang dibawah sedang sibuk memilih buah yang bagus, maka firman belum turun, dia punya satu jambu yang belum dia ambil, karena dia tau itu buah yang matang, yang dia rasa memang pantas untuk dia, yang disuruh tio jadi eksekusi, juga disuruh-suruh rahman, kasihan sebenernya. dengan susah payah dia ngambil buah itu, buah jambu yang posisinya ada di atas, di ujung ranting atas, jauh.

Dengan penuh peluh pengorbanan, akhirnya dia dapet jambunya. Itu juga dibantu tio yang ngasih tau posisi jambunya sambil nunjuk nunjuk. "Kade fir (hati-hati firman)" kata aba. "Iya (iya)" kata manaf. lalu dengan rasa senang dan bangga karena dapat jambu matang maka dia joget diatas untuk berekspresi, lama, sampai aku kesal, sampai dia jatuh dari ketinggian 7meter karena terpeleset. Aku panik sebenernya, jatuh dari ketinggian 7meter dengan hidung yang mimisan dan tangan tipalitek (keseleo). "wah, pasti nanti kami akan dimarahi mang yayan lalu melarang firman bermain lagi bersama kami". Kata aku. Langsung tio bertanya dengan ramah tamah, karena takut firman nangis, dan bilang ke mang yayan bahwa yang nyuruh naik adalah si tio. "Fir, gak apa apa?" kata tio. Lalu dengan kondisinya yang farah saat itu, dengan nafas yang engap dan hidung yang masih mimisan dia menarik kepala tio dan mendekatkan bibirnya ke telinga tio seolah-olah ingin seperti di film, lalu dia berbisik "Buah aku mana, buah?".

Lalu akhirnya kami menertawakan firman yang masih berbaring di tanah, sambil makan buah jambu bersama tio, aba, manaf dan rahman yang masih membagi-bagi kan buah kepada kami. Kecuali rifan tidak, karena dia gak aku tuliskan untuk makan buah di cerita ini. Aku bilang kan figuran.

Ha ha ha, semoga kalian bisa teringat kembali ke waktu itu setelah membaca ini. Tio, rahman, aba, manaf, aku. Kecuali rifan, pasti akan kesel lihat ini karena gak aku tulis untuk ngapa-ngapain, aku bilang kan figuran.


"Tapi bohong 2014, TAMAT"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar